Budaya Industri dalam Pembelajaran sebagai Upaya Penyelarasan Kurikulum terhadap Dunia Kerja
Muhammad Fakhri Rosyada, S.Pd.
Saat ini, Pendidikan di Indonesia tidak cukup banyak yang menghasilkan lulusan sebagai tenaga kerja yang siap untuk kebutuhan kebutuhan Dunia Kerja dan Industri (Dudika). Hal tersebut merupakan tantangan tersendiri bagi pemerintah dan kaum akademisi dalam membangun sistem pendidikan yang tepat agar tidak tercipta jarak antara pendidikan dengan dunia kerja. Pendidikan vokasi diharapkan sebagai bekal dalam menghadapi dan memasuki dunia kerja maupun industri ketika peserta didik lulus nantinya. Apabila hal ini dapat dicapai, maka tingkat keterserapan lulusan di dunia kerja maupun industri semakin meningkat, sehingga angka pengangguran dapat diturunkan, yang berarti produktivitas nasional akan meningkat secara bertahap.
Satuan pendidikan vokasi sendiri diharapkan mampu memberikan kontribusi pada daya saing tenaga kerja, melalui peningkatan hardskill, soft skill, hingga peningkatan penggunaan teknologi. Diperlukan penguatan pada lulusan pendidikan vokasi dengan memberikan skill-up berupa pelatihan ataupun pembekalan sejak bangku sekolah agar lebih siap memasuki dunia kerja. Indonesia telah menyusun Making Indonesia 4.0, yang berupa peta jalan yang terintegrasi untuk mengimplementasikan beberapa strategi dalam memasuki era Industri 4.0. Ngakan Timur Antara (2019) menegaskan bahwa seluruh institusi yang menghasilkan SDM, mencakup pendidikan umum dan vokasi, harus mengubah paradigma berpikir dalam menyelenggarakan pendidikan. Kurikulum sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan industri dan pelaku ekonomi di masa yang akan datang.
Kurikulum yang dirancang sebaiknya ada sinergi antara pemerintah, industri dan pendidikan. Sinergi ini dilakukan untuk penyusunan kurikulum agar menjadi link and match antara lembaga pendidikan dengan industri, selain itu materi kurikulum hendaknya selalui diperbarui sesuai kebutuhan industri serta memuat kompetensi yang diperlukan untuk memasuki dunia kerja, dunia usaha, dan dunia industri. Perlu juga ditambahkan budaya industri dalam kurikulum, diantaranya materi pada mata pelajaran yang diarahkan pada dunia kerja, penggunaan peralatan safety ketika pembelajaran praaktik, penggunaan jalur hijau di sekolah vokasi, dan lain sebagainya sehingga peserta didik terbiasa dengan budaya kerja yang ada pada dunia kerja maupun industri ketika telah lulus nanti.. Dalam menghadapi revolusi industri 4.0, diperlukan keterlibatan publik-swasta-masyarakat, pola pikir baru, pengembangan jaringan pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan guru maupun siswa, serta pemanfaatan teknologi. Revolusi industri 4.0 berpengaruh pada kebutuhan tenaga kerja yang kompeten untuk berbagai bidang pekerjaan (Buasuwan:2018). Hal ini jelas berkaitan dengan pendidikan vokasi sebagai pencetak lulusan siap kerja. Kurikulum sebagai perangkat pembelajaran, sarana dan prasarana, pola pembelajaran hingga peranan pengajar perlu mengalami rethinking dan redesign. Tantangan yang terjadi pada revolusi industri 4.0 menuntut agar pendidikan vokasi bisa menghasilkan lulusan yang mampu bekerja dalam konteks saat ini dan masa depan. Oleh sebab itu perlu ada upaya penyelarasan kurikulum pendidikan vokasi dengan kebutuhan tenaga kerja era revolusi industri 4.0.
Penelitian yang berjudul “Budaya Industri dalam Pembelajaran sebagai Upaya Penyelarasan Kurikulum terhadap Dunia Kerja” termasuk dalam jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang mendeskripsikan objek kajian dalam bentuk kalimat ataupun paragraf. Menurut Ratna (2013) penelitian kualitatif merupakan penelitian berfokus mendeskripsikan data. Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan hasil berupa kalimat, ataupun paragraf.
Penelitian ini berfokus pada Upaya Penyelarasan Kurikulum terhadap Dunia Kerja melalui penerapan budaya industry pada sekolah vokasi. Maryaeni (2012) penelitian kualitatif memperoleh fakta yang ada, dapat diamati secara langsung. Dalam istilah metodologi kualitatif, fakta yang terbalik dari kenyataan langsung.
Teknik pengumpulan data penelitian ini menggunakan teknik kepustakaan. Teknik kepustakaan merupakan teknik pengumpulan data dengan melakukan pelacakan pada pustaka yang berkaitan dengan data penelitian (Ahmadi, 2019:242-247). Penelitian mengumpulkan data melalui buku, jurnal, buku-buku pelajaran hingga tentang budaya industri.
- Budaya Industri
Sebagai sekolah vokasi, SMK tentu menyiapkan lulusannya agar siap untuk bersaing dan memasuki dunia kerja maupun industri. Untuk itu perlu diterapkan budaya industri agar peserta didik terbiasa dengan budaya-buadaya yang ada di dunia kerja nantinya. Budaya kerja memiliki tujuan untuk mengubah sikap dan juga perilaku sumber daya manusia agar dapat meningkatkan produktivitas kerja untuk menghadapi berbagai tantangan di masa yang akan datang. Pembentukan budaya kerja memerlukan proses yang panjang, Dimulai dari karakter kerja individu yang baik yang menjadi kebiasaan dan akhirnya membentuk karakter kerja secara kolektif yang disebut budaya kerja.
Sasaran dari pengimplementasian budaya kerja ini adalah orang-orang yang terkait dengan Pendidikan Vokasi tersebut antara lain siswa, tenaga pendidik, tenaga nonkependidikan, dan Enveroment (Lingkungan) belajar. Tujuan dari pengimplementasian budaya kerja ini tidak semata-mata hanya mengerti jelas, namun juga dapat memahami arti dan maksud yang mana terkandung dalam setiap sikap sikap kerja. Sikap-sikap kerja yang dimaksud adalah keamanan, keselamatan dan kesehatan, kuantitas, kualitas, biaya dan individu
Penerapan yang dilakukan berupa melatih hardskill dan softskill individu individu dari Pendidikan Vokasi terkait. Untuk perkembangan softskill dapat diwujudkan dengan pengembangan budaya kerja industri dimulai dari peningkatan knowledge atau wawasan. Peningkatan tersebut dapat melalui seminar atau workshop. Kemudian diikuti dengan implementasi pada kehidupan sehari hari di Pendidikan Vokasi sehingga terjadi pembiasaan.
Dalam pengembangan hardskill sendiri dapat dilatih dengan meningkatkan keterampilan menciptakan karya atau produk sesuai kompetensi jurusan masing masing. Dalam penciptannya tersebut harus disesuai dengan standar industri baik hasil maupun prosesnyaUntuk sasaran dari pembudayaan ini sendiri adalah perubahan sikap dari individu terkait sehingga memenuhi kriteria standar sikap kerja industri. Standar sikap kerja industri tersebut antara lain adalah,
- Work Habbit, Kebiasaan dalam bekerja
- Basic Mentality, Dasar mental dalam bekerja
- 5R, terdiri dari Ringkas, Rapi, Resik, Rawan, dan Rajin
- KYT, merupakan singkatan dari kiyin yang berarti bahaya, yoshi yang berarti duga ,dan Training yang berarti latihan. Maksudnya adalah tindakan dalam keselamatan kerja
- APD (Alat Pelindung diri)
- JI (Job Instruction), intruksi pekerjaan
- SOP (Standard Operational Prosedure)
- GKM (Gugus Kendali Mutu)
- One Sheet Report, merupakan kertas kerja sebagai pedoman dan acuan kerja
- Horenso yang memiliki makna Hokoku (Melapor), Renraku (Menghubungi), dan Sodan (Meminta nasihat)
- Kaizen yang berarti perubahan yang baik, dapat juga berarti sering intropeksi diri atau memiliki tujuan dalam bekerja
- Presentation Skill atau Public Speaking
- Tentang Kurikulum
Kurikulum adalah sejumlah kegiatan dan pengalaman belajar yang harus dilaksanakan peserta didik dalam arahan sekolah untuk mencapai kompetensi tertentu. (Finch & Crunkilton dalam Jatmoko, 2013;4) Kurikulum adalah dokumen yang tertulis yang dijadikan acuan dalam pelaksanaan proses belajar dan pembelajaran, oleh sebab itu kurikulum hendaknya dirancang sederhana, mudah dipahami dan sistematis. Oleh sebab itu kurikulum hendaklah diawali dengan spesifikasi kebutuhan siswa/mahasiswa, karena yang menjadi sasaran
kurikulum adalah siswa/mahasiswa dan kurikulum dirancang berdasarkan kebutuhan masyarakat, karena masyarakat yang akan menjadi pengguna lulusan
(Sumantri dalam Tambahani, 2013;516).
Kurikulum vokasi mempunyai tujuan memberikan keahlian khusus bagi siswa/mahasiswa agar mereka dapat professional dalam bidang ilmu yang mereka geluti. Seiring tuntutan keahlian yang harus dimiliki dalam dunia kerja mengalami perubahan begitu cepat, maka kurikulum harus menggambarkan pengalaman sesuai dengan tuntutan dunia usaha dunia industri. Sayangnya, materi yang ada pada kurikulum vokasi saat ini belum sesuai dengan kebutuhan industri maupun masyarakat serta tidak update dengan realita di masyarakat.
- Perlunya Penyelarasan Kurikulum Vokasi dengan Budaya Industri
Keselarasan kompetensi lulusan dengan kebutuhan kompetensi dunia industri adalah wujud akuntabilitas penyelenggara pendidikan vokasi. Pendidikan vokasi idealnya mengantar lulusannya dapat masuk ke dalam dunia industri dengan tingkat kesenjangan yang rendah. Oleh karena itu, penyiapan kompetensi mahasiswa selama pendidikan perlu difokuskan untuk memenuhi kebutuhan kompetensi di dunia industri. Dengan demikian metoda pembelajarannya juga khas dengan lebih banyak belajar dari pengalaman menggunakan teknologi atau prosedur pelaksanaan kerja sebagaimana para profesional bekerja. Dalam dunia pendidikan dikenal dengan metoda “deduktif” atau dalam istilah internasional dikenal dengan pola pembelajaran “Experiential Learning”. Kurikulum merupakan serangkaian pengalaman dan kegiatan belajar yang direncanakan untuk dilalui oleh peserta didik dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Kurikulum juga merupakan perwujudan dari strategi program studi dalam mencapai tujuan pendidikannya. Kurikulum merupakan acuan/patron dalam mencetak lulusan menggunakan sumber daya manusia, infrastruktur, sarana dan sumber daya lainnya yang dimiliki oleh penyelenggara pendidikan. Mengingat peran kunci kurikulum tersebut, tidaklah berlebihan bahwa kurikulum juga merupakan faktor penting dalam menentukan keselarasan lulusan dengan kebutuhan kompetensi dunia industri.
Kurikulum yang saat ini dijalankan di program studi-program studi pendidikan vokasi umumnya sudah dibangun dengan proses panjang dan berevolusi. Di sisi lain, dunia industri juga telah mengalami perubahan; peningkatan taraf hidup masyarakat, kemajuan teknologi, infrastruktur, keterbukaan pasar Indonesia, persaingan bebas, bisnis digital, sampai pada perubahan landscape demografi telah menjadi pemicu perubahan kebutuhan dunia industri akan kompetensi sumber daya manusianya. Di tengah perubahan tersebut, muncul kesadaran akan pergeseran tumpuan negara dari sumber daya alam menjadi sumber daya manusia. Pemerintah sudah mencanangkan tema “SDM Unggul, Indonesia Maju” untuk memacu pembangunan SDM sesegera mungkin membawa hasil berupa dampak ekonomi. Oleh karena itu, pendidikan vokasi harus berbenah meningkatkan peran aktifnya dalam mendukung ekonomi nasional dengan menghasilkan lulusan yang mampu mendukung percepatan peningkatan daya saing dunia industri. Penyelarasan kurikulum pendidikan vokasi dengan dunia industri penting untuk segera dilakukan agar efektivitas dan efisiensi pendidikan vokasi dapat meningkat. Untuk mengetahui sejauh mana kesenjangan antara target kompetensi kurikulum dengan kompetensi yang dibutuhkan dunia industri, maka program asesmen kurikulum sangat penting untuk dilakukan. Program asesmen kurikulum yang akan dilaksanakan pada tahun 2020 ini merupakan langkah awal yang yang harus terus dilakukan secara periodik dan berkelanjutan mengikuti dinamika perkembangan dunia industri dan kemanjuan teknologi. Sasaran asesmen adalah outcome pendidikan vokasi dari persepsi alumni dan pengguna lulusan (employer/ dunia industri), serta memperhatikan kebutuhan softskill esensial yang terbentuk dari proses pendidikan berbasis pengalaman nyata dalam kampus yang lazim dilakukan dan diukur di negara-negara maju. Hasil asesmen berupa data terukur tentang kesenjangan gap antara harapan dunia industri dengan hasil proses pendidikan yang diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam revisi kurikulum berikutnya.
Kurikulum yang saat sudah dilaksanakan perlu diselaraskan dengan kebutuhan industri dikarenakan terjadinya pergeseran kebutuhan di dunia industri sebagai dampak dari perubahan di era globalisasi yang menuntut sesuatu lebih cepat dan ringkas. Saat ini hendaknya pemangku kebijakan benar-benar mempertimbangkan penyelarasan ini dan berjalan beriringan dengan industru dunia kerja agar kurikulum yang ada sesuai dengan kebutuhan industri.
DAFTAR PUSTAKA
Buasuwan, P. (2018). Rethinking thai higher education for thailand 4.0. Asian Education and Development Studies, 7(2), 157-173. doi:http://dx.doi.org/10.1108/AEDS07-2017-0072.
Ismara, K Ima, dkk. 2020. Strategi Penerapan Budaya Kerja Industri di Pendidikan Vokasi dengan Selamat dan Sehat. Yigyakarta : UNY Press.
https://assets.mitrasdudi.id/program/32/1597823865.pdf
Ngakan Timur Antara. (2019). Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (2019). Disampaikan pada: Indonesia industrial summit 2019 Tangerang Selatan, 16 April 2019.
Powered by Froala Editor