KONSTRUKSI SOSIAL MASYARAKAT KOTA SEMARANG DALAM CERPEN BALADA BALPIRIK KARYA AMBARINI ASRININGSARI (TEORI KONSTRUKSI SOSIAL PETER LUDWIG BERGER)
Muhammad Fakhri Rosyada, S.Pd.
Cerpen Balada Balpirik karya Ambarini Asriningsari menceritakan kehidupan sosial masyarakat Kota Semarang. Ambarini Asriningsari, seorang dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UPGRIS kelahiran Solo dan berdomisili di Kota Semarang. Tak heran jika latar yang digunakan dalam cerpen tersebut adalah Semarang dan kultur masyarakatnya. Terbukti, di beberapa dialog dalam cerpen turut disertakan percakapan dalam Bahasa Jawa yang dikombinasikan dengan bahasa Indonesia yang bisa disebut dengan campur kode. Latar belakang yang diungkapkan dalam cerpen ini antara lain adat istiadat masyarakat Semarang dan konflik dalam kehidupan sosial. Ambarini Asringingsari melibatkan tokoh Aku sebagai tokoh utama untuk melestarikan tradisi, menghadapi dan menyelesaikan konflik. Konflik berupa masalah sosial yang terjadi dan seringkali dijumpai dalam sebuah masyarakat, utamanya dalam keluarga.
Terdapat dua faktor keterkaitan dalam pemilihan cerpen ini sebagai bahan kajian. Faktor pertama berupa kehidupan sosial masyarakat Kota Semarang yang dihadapkan dengan konflik dan cara menyelesaikannya. Faktor yang kedua adalah cerpen ini belum pernah digunakan sebagai kajian dengan menggunakan Teori Konstruksi Sosial Peter Ludwig Berger.
Cerpen Balada Balpirik akan dikaji menggunakan kajian sosiologi sastra karena dalam cerpen ini bercerita tentang adat istiadat masyarakat Kota Semarang dan konflik yang berhubungan erat dengan kehidupan masyarakatnya. Menurut Ratna (2013), sosiologi sastra merupakan disiplin ilmu yang mempunyai keterkaitan dengan masyarakat. Pengarang dalam sebuah karya sastra merupakan bagian dari masyarakat sehingga isi dari karya sastra tentu menyerap dari aspek-aspek kehidupan yang terjadi atau bahkan dialami sendiri oleh pengarang. Kajian ini relevan untuk mengungkap interaksi dan realitas sosial yang dialami oleh tokoh Aku. Oleh karena itu, peneliti menggunakan pendekatan sosiologi sastra Peter Ludwig Berger untuk membedah interaksi sosial yang ada di dalam cerpen Balda Balpirik.
Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang dilakukan antara lain penelitian yang dilakukan oleh pertama Liberta (2021) yang mengungkapkan proses internalisasi, proses eksternalisasi, proses objektivasi pada tokoh dalam novel serial Mata karya Okky Madasari. Penelitian kedua oleh Jega (2018) yang fokus pada pengungkapan tokoh dan konstruksi sosial yang terjadi pada anak-anak dalam novel anak serial anak– anak Mamak Karya Tere Liye.
Pada pemikiran Peter Ludwig Berger (Berger, 2012:1-4), teori konstruksi sosial (sosial construction) merupakan sebuah pendekatan sosiologi kontemporer yang berpijak pada sosiologi pengetahuan. Tujuan pokok sosiologi adalah menjelaskan adanya dialektika antara diri manusia dengan dunia sosio-kulturnya. Bahwa masyarakat adalah produk manusia dan manusia adalah produk masyarakat.10 Dalam proses dialektis terdapat tiga momen yang terjadi antara lain eksternalisasi,objektivasi, internalisasi. Berger dan Luckmann mengatakan bahwa terjadi dialektika antara individu menciptakan masyarakat dan masyarakat menciptakan individu. Proses dialektika ini terjadi melalui eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi.
Tahap pertama adalah eksternalisasi, yakni suatu proses di mana manusia menuangkan diri dan kemanusiaannya ke dalam dunia (lingkungannya) sehingga lambat laun dunianya itu menjadi dan nampak sebagai dunia manusia. Apabila dunia yang sudah terbentuk oleh eksternalisasi ini semakin mengukuhkan diri dan kembali menggapai manusia sebagai suatu faktisitas yang berdiri sendiri, maka pada saat itu proses tersebut memasuki tahapan objektivasi. Agar dunia obyektif ini tidak menjadi asing bagi manusia yang telah menciptakannya, ia harus diusahakan kembali menjadi bagian dari subyektivitas manusia, menjadi bagian dari struktur subyektif kesadaran. Inilah tahapan ketiga dari proses ini, yakni internalisasi (Berger, 1991).
Masyarakat merupakan produk manusia melalui eksternalisasi. Melalui objektivasi, maka masyarakat menjadi suatu realitas sui genesis, unik. Melalui internalisasi, maka manusia merupakan produk masyarakat (Berger, 1991). Ini berarti ada proses menarik keluar (eksternalisasi) sehingga seakan-akan berada di luar (objektivasi) dan kemudian ada proses penarikan kembali ke dalam (internalisasi) sehingga sesuatu yang berada di luar seakan berada di dalam. Masyarakat adalah produk individu sehingga menjadi kenyataan obyektif melalui proses eksternalisasi dan individu juga produk masyarakat melalui proses internalisasi (Susanto, 2011)
Penelitian yang berjudul “Konstruksi Sosial Masyarakat Kota Semarang dalam Cerpen Balada Balpirik Karya Ambarini Asriningsari (Teori Konstruksi Sosial Peter Ludwig Berger)” termasuk dalam jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang mendeskripsikan objek kajian dalam bentuk kalimat ataupun paragraf. Menurut Ratna (2013) penelitian kualitatif merupakan penelitian berfokus mendeskripsikan data. Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan hasil berupa kalimat, ataupun paragraf.
Penelitian ini berfokus pada konstruksi sosial meliputi interaksi sosial yang terjalin diantara tokoh dalam cerpen hingga penyelesaian masalah sosial yang dilakukan oleh tokoh-tokoh dalam Cerpen Balada Balpirik Karya Ambarini Asriningsari. Maryaeni (2012) penelitian kualitatif memperoleh fakta yang ada, dapat diamati secara langsung. Dalam istilah metodologi kualitatif, fakta yang terbalik dari kenyataan langsung.
Sumber data dalam penelitian ini menggunakan sumber data berupa cerpen Balada Balpirik karya Ambarini Asriningsari. Data penelitian berupa kalimat dan paragraf sesuai rumusan masalah yaitu proses internalisasi, proses eksternalisasi, dan proses objektivasi yang terdapat pada Cerpen Balada Balpirik Karya Ambarini Asriningsari.
Teknik pengumpulan data penelitian ini menggunakan teknik kepustakaan. Teknik kepustakaan merupakan teknik pengumpulan data dengan melakukan pelacakan pada pustaka yang berkaitan dengan data penelitian (Ahmadi, 2019:242-247). Penelitian mengumpulkan data melalui buku, jurnal, buku- buku teori sastra yang berkaitan dengan permasalahan yang terdapat pada penelitian.
Tahapan-tahapan yang perlu dilakukan untuk memperoleh data penelitian sebagai berikut:
- Membaca secara intensif sumber data yakni cerpen Balada Balpirik karya Ambarini Asriningsari
- Menentukan data tokoh yang sesuai tujuan penelitian.
- Menandai, mengumpulkan bagian-bagian teks yang berhubungan dengan teori konstruksi sosial.
- Data kemudian diklasifikasi untuk mengetahui tipe tindakan sosial yang sesuai.
Teknik analisis data yang digunakan deskriptif analitik. Ratna (2013:53) teknik deskriptif analitik merupakan cara untuk mendapatkan pesan yang terdapat dalam sebuah karya sastra dengan mendeskripsikan fakta-fakta. Bertujuan untuk memperoleh jawaban dari masalah penelitian.
Tahapan-tahapan analisis data pada penelitian ini antara lain:
- Setelah menemukan data yang telah terkumpul.
- Dilakukan proses penyusunan secara sistematis sesuai dengan keperluan penelitian. Pada penelitian ini korpus data yang didapatkan berupa kalimat dialog dan paragraf berkaitan dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian.
- Menganalisis data yang telah terkumpul sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian. Analisis data dapat diperoleh sebuah data yang sudah usai dan menjawab permasalahan yang berkaitan dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian.
- Membuat simpulan berdasarkan pada hasil yang diperoleh oleh peneliti.
Konstruksi sosial anak dalam novel serial Balada Balpirik karya Ambarini Asriningsari diperoleh melalui proses interaksi sosial yaitu internalisasi, eksternalisasi, objektivasi. Melalui proses tersebut konstruksi sosial terbentuk berikut analisisnya:
- Internalisasi Tokoh
Internalisasi merupakan bagian yang paling dasar, tahapan awal pemahaman yang sebanding bagi seorang tokoh dalam cerpen. Sedangkan Tahapan kedua tentang proses tokoh dalam mengenal dunia. Proses internalisasi bisa juga disebut sebagai proses adaptasi. Pada proses ini tokoh akan berusaha memahami dunia yang berasal dari tempat ia melakukan aktivitas sehari-hari. Internalisasi pada tokoh meresap pengetahuan dan realitas sosial. Karena hal tersebut, manusia merupakan produk masyarakat.
Proses internalisasi terjadi dalam dua proses. Sosialisasi primer yang terjadi dalam keluarga. Sosialisasi sekunder terjadi pada sebuah kelembagaan yang luas. Dalam proses internalisasi tokoh memiliki pengalaman yang berbeda-beda, dipengaruhi oleh banyak hal, kondisi individu yang berbeda dari orang tua dan saudara.
- Internalisasi Tokoh “Aku”
“Aku” seorang tokoh yang sudah cukup tua, dan berharap menantikan kehadiran cucu dalam hidupnya
“Le....coba yang di bawah meja makan itu dikeringkan, Bapak tak istirahat sebentar” perintahku kepada anakku. Tenagaku sudah semakin surut. Aku tidak sekuat dulu bisa seharian mem bersihkan rumah dari kubangan lumpur yang ikut masuk ke dalam rumah tanpa istirahat. Usiaku kini sudah 50 tahun, usia yang sudah saatnya menimang seorang cucu. Akan tetapi mau bagaimana anakku belum dipertemukan oleh Tuhan dengan gadis impiannya.
Pada data di atas, orang tua yang sudah memiliki anak yang umurnya sudah dewasa, pasti menginginkan kehadiran cucu dalam hidupnya, hanya saja anaknya belum dipertemukan dengan jodohnya sehingga keinginan itu belum bisa terwujudkan.
Bentuk internalisasi primer yang terjadi dalam keluarga
“Ya Pak... lha Bapak itu dibilangin nanti aku yang mbersihkan... kok ya nekat... lha sekarang mengkis-mengkis ta” sambil ter senyum anakku mengambil alih pekerjaanku mengeringkan sisa air yang telah kubersihkan lumpurnya.
“Ah kamu... ya wis cepetan... selak udan meneh ...” kutinggalkan anakku ngepel sendiri. Aku kemudian menuju ke teras rumah istirahat sambil menikmati tela goreng yang telah disedia kan istriku.
Pada data di atas tokoh anak tidak ingin melihat bapaknya (tokoh Aku) mengalami kecapekan dalam membersihkan rumah, sehingga bersedia untuk menggantikan untuk membersihkan rumahnya.
- Internalisasi Tokoh Badrodin
Badrodin digambarkan seorang yang pelit, dan perhitungan. Sesuai dengan kutipan berikut
“Dasar Badrodin nggak pernah pergi malam. Temanku yang satu ini agak kurang pergaulan, tetapi dia sok tahu. Selain itu Badrodin dulu ketika kuliah agak pelit. Semua pengeluaran diperhitungkan dengan matang, makanya Badrodin sering diting gal oleh teman-teman kalau sedang makan di warung.”
Pada data di atas sangat dijelaskan bahwa Badrodin sosok yang perhitungan, sampai-sampai sering ditinggal oleh teman-temannya ketika sedang makan di warung.
- Eksternalisasi Tokoh
Selain proses internalisasi, dalam proses konstruksi sosial yakni proses eksternalisasi. Dalam tahap eksternalisasi, tokoh mencoba untuk menerapkan pengetahuan yang sudah mereka dapatkan ke dalam dunia sosiokultural. Menurut pendapat Berger, seseorang dapat melakukan aktivitas diri ke dalam dunia. Aktivitas berikut berupa bentuk ekspresi dan suatu tindakan dalam bentuk aktivitas mental. Eksternalisasi dalam cerpen Balada Balpirik, dapat berupa tindakan maupun ekspresi.
- Eksternalisasi Tokoh “Aku”
Tokoh aku memiliki rasa kepedulian yang cukup tinggi kepada temannya, misalnya dalam sebuah permasalahan pada kutipan berikut ini
“Sudah nggak usah banyak omong... sini,” sambil kugeret Badrodin untuk mendekatkan. Kuoleskan balpirik ke seluruh baju Badrodin untuk menyamarkan bau wangi dari penyanyi tadi.
“Hah... ya panas ta...ya...” Badrodin protes.
“Nah... sekarang beres... kamu nanti kalau sudah sampai rumah batuk-batuk ya, pokoknya manut saja nggak usah banyak omong,” begitu instruksiku untuk menyelamatkan Badrodin dari amukan istrinya.
Dari data di atas, sangat jelas tokoh aku memberikan solusi kepada Badrodin yang ketakutan pulang ke rumah jika masih ada bau minyak wangi dari penyanyi yang ditemuinya, sehingga tokoh “Aku” menyarankan untuk dioleskan balsam Balpirik untuk menyamarkan wangi parfum penyanyi tersebut.
- Eksternalisasi Tokoh Badrodin
Badrodin terdefinisi sebagai seorang yang cukup ceroboh, dan kurang memperhitungkan sesuatu ketika bertindak, kecerobohannya terlihat pada kutipan berikut
“Aku tadi hanya duduk dekat penyanyi, kemudian dia ngajak ngobrol ngalor ngidul” lah kan hanya sekedar ngobrol kan... tak pikir nggak ada masalah... kemudian aku pamit akan segera pulang... eeeee... langsung dia ngluarin minyak wangi... mak prooot,” begitu Badrodin cerita panjang lebar membela diri.
Pada data di atas sangat jelas kecerobohan Badrodin, tidak berhati-hati sehingga terjadi hal tidak diinginkan yaitu ketumpahan parfum penyanyi yang ada di sampingnya.
- Eksternalisasi Tokoh Tubagus
Tokoh Tubagus digambarkan sebagai sosok yang dermawan kepada teman-temannya, terlihat pada kutipan berikut
“Tenang Din... aku nanti yang mbayari... kita kan sudah kenyang jadi nanti kita hanya minum saja toh... kalau hanya itu aku masih kuat mbayari,” jelas Tubagus dengan mantap, sehingga Badrodin langsung turun.”
Pada data di atas, terlihat Tubagus menawarkan diri untuk mentraktir minum di sebuah kafe seusai mereka makan malam, dan langsung disetujui oleh Badrodin yang segera turun dari mobil.
- Objektivitas Tokoh
Proses objektivas, terbentuk melalui tokoh dilibatkan berinteraksi oleh sebuah pemikiran dengan individu lain. Oleh lingkup yang berasal dari luar individu tokoh. Tokoh pada proses objektivas dalam memahami perilaku individu lain, dapat dengan cara memahami perilaku yang sering muncul terjadi pengulangan, maka hal tersebut dapat dipahami sebagai sebuah kebiasaan. Eksternalisasi dan objektivasi yang dijelaskan oleh Peter L Berger merupakan proses dialektis yang terjadi secara terus-menerus. Hingga pada tahap proses yang selanjutnya berbalik kembali. Melalui proses objektivasi dapat diketahui tanggapan terhadap seorang tokoh dalam melakukan konstruksi sosial secara objektif. Objektivasi yang difokuskan dalam penelitian ini berfokus pada permasalahan, cara mengetahui tokoh mengobjektivasi pengetahuan yang didapat dari dunia objektifnya dan mengobjektivasi dunia objektifnya dengan cara mengamati kondisi masyarakat pada masa tersebut.
- Objektivitas Tokoh “Aku”
Tokoh Aku sosok yang solutif, setia kawan dan peduli. Cukup banyak melakukan interaksi dengan tokoh lain yang ada di dalam cerpen Balada Balpirik ini
“Wan... tahu nggak kamu?” dengan tergopoh-gopoh Badrodin turun dari mobil diikuti oleh Tubagus.
“Ada apa sih Din? tenang... tenang...,” aku berusaha mene
nangkannya.
“Lha meh tenang gimana... kamu sudah denger belum?” Badrodin berusaha memastikan aku sudah mendengar belum tentang berita yang akan disampaikan.
Pada data di atas, tokoh “Aku” sedang berinteraksi dengan Badrodin, dan Badrodin seolah tidak sabra ingin mengabarkan kematian sahabat kami yang bernama Ipung.
- Objektivitas Tokoh Badrodin
Tidak kalah dengan tokoh “Aku”, Badrodin juga cukup kerap berinteraksi dengan tokoh-tokoh dalam cerpen Balada Balpirik
“Itu lihat... bendera kuning masih ada,” jawab Badrodin sambil menunjuk bendera kuning lambang kematian masyarakat kota Semarang.
“Ya sudah kalau begitu kita turun saja,” ajakku kepada mereka.
“Ah... nggak ah... lha sepi kita mau ketemu siapa kalau turun,” Badrodin memberi alasan untuk tidak turun dari mobil.
Pada kutipan di atas terlihat interaksi Badrodin yang menunjukkan bendera kuning yaitu lambang kematian pada masyarakat Kota Semarang.
- Objektivitas Tokoh Tubagus
Tokoh Tubagus selain dikenal dermawan, juga perhatian dan peduli kepada sahabatnya. Terlihat pada saat Badrodin meninggalkannya, dia berusaha mencari
“Lha Badrodin tadi ke mana Gus....?” sambil clingukan aku mencari Badrodin nggak ada di tempat.
“Wah....orang itu dari dulu nggak ada perubahan... sok tahu,” Tubagus agak jengkel memikirkan kelakuan Badrodin.
Pada kutipan di atas, Nampak kepedulian Tubagus kepada Badrodin yang tiba-tiba meninggalkan kami.
Berdasarkan pembahasan mengenai konstruksi sosial yang terdapat dalam cerpen Balada Balpirik karya Ambarini Asriningsari dengan kajian konstruksi sosial Peter Ludwig Berger, mendapatkan tiga hasil penelitian berupa proses internalisasi, proses eksternalisasi, proses objektivasi. Proses internalisasi yang terdapat dalam cerpen tersebut yaitu tokoh aku sebenarnya berkeinginan untuk segera menimang cucu, tetapi apa daya anaknya belum mendapatkan jodoh. Internalisasi pada tokoh Badrodin digambarkan sebagai sosok yang pelit dan perhitungan kepada teman-temannya.
Proses eksternalisasi sosok aku diceritakan sebagai orang yang solutif kepada teman-temannya. Tokoh Badrodin sebagai tokoh yang ceroboh dan tidak memperkirakan apa yang akan terjadi, sedangkan tokoh Tubagus digambarkan
Berdasarkan dari pembahasan dan hasil simpulan yang telah dipaparkan, saran yang direkomendasikan untuk peneliti lain adalah disarankan meneliti dengan karya sastra yang berbeda dengan menggunakan kajian konstruksi sosial Peter Ludwig Berger, dapat menggunakan karya sastra yang sama dengan fokus kajian teori yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Anas. 2019. Metode Penelitian Sastra Prespektif Monodisipliner dan Interdisipliner. Gresik : Graniti.
Arufa, Jega. 2015. Konstruksi Sosial Anak Dalam Serial Anak-Anak Mamak Burlian, Pukat, Eliana, Dan Amelia) Karya Tere Liye : Sebuah Pendekatan Sosiologi Sastra. Universitas Airlangga.
Ayub, Putu dkk. 2017. Aku, Dia dan Mereka (Sebuah Kumpulan Cerpen). Yogyakarta : Samudra Biru.
Berger, Peter L dan Thomas Luckman. 2012. Tafsir Sosial atas Kenyataan Sebuah Risalah Tentang Sosiologi Pengetahuan. Jakarta : LP3ES.
Berger, Peter L. 1991. Langit Suci, Agama sebagai Realitas Sosial. Jakarta: LP3ES
Liberta, Ema Frinentia. 2021. Konstruksi Sosial Anak Dalam Serial Novel “Mata Karya Okky Madasari” (Teori Konstruksi Sosial Peter Ludwig Berger). Universitas Negeri Surabaya.
Maryaeni. 2012. Metode Penelitian Kebudayaan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Ratna, Nyoman Kutha. 2003. Penelitian Sastra. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Ratna, Nyoman Kutha, 2013. Teori Metode dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Susanto, Edi. 2011. Pemikiran Nurcholish Majid Tentang Pendidikan Agama Islam Multikultural Pluralistik : IAIN Sunan Ampel Surabaya.
Powered by Froala Editor